Imunisasi merupakan usaha pencegahan terjangkitnya bayi dari berbagai penyakit yang berbahaya, sejak 1977 pemerintah Indonesia sudah mencanangkan program imunisasi untuk setiap bayi di Indonesia, disebut program imunisasi wajib, yakni imunisasi yang harus diberikan pada anak sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi
berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi
terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi
pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem
kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan
terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya
dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap
terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup
anak.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk
mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa
penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis
B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air,
tbc, dan lain sebagainya.
Macam-macam / jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi pasif
yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan
imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit
penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna
membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun
yang kuat.
Teknik atau cara pemberian imunisasi
umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab
penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum /
telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan
terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi.
Antibodi itu uumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah
diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.
Jadwal imunisasi bayi sebaiknya diketahui oleh para orang tua. Dengan
mengetahui jadwal imunisasi ini, bayi di harapkan mendapatkan kekebalan
tambahan guna mengarungi kehidupan kedepannya. Nah, berikut ini
imunisasi yang wajib diberikan kepada bayi.
1. Imunisasi BCG
Bertujuan mencegah penyakit TB (tuberkulosis). Bisa diberikan sejak bayi
baru lahir, namun paling efektif saat bayi usia 1—2 bulan. Imunisasi
BCG diberikan sekali dan tak perlu diulang (kecuali kalau gagal),
antibodi akan terus ada seumur hidup. Diberikan dengan cara disuntikkan
menyusur kulit, umumnya di lengan kanan atas. Satu-dua bulan setelah
disuntik terdapat luka kecil yang tak jarang hingga bernanah. Jangan
khawatir karena itu merupakan tanda pemberian imunisasi BCG berhasil,
selain munculnya benjolan kecil. Apabila tak muncul benjolan, imunisasi
harus diulang sebelum anak berusia 1 tahun.
Selain karena cara penyuntikan yang salah, imunisasi bisa gagal (tidak
jadi) lantaran daya tahan tubuh anak kurang bagus atau anak kurang gizi.
Tubuh anak yang kurang gizi atau daya tahannya tidak bagus, tidak akan
mampu membuat zat-zat tertentu yang dibutuhkan untuk membuat zat anti.
Umumnya imunisasi BCG tidak menyebabkan efek samping, yang terjadi
adalah pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan
biasanya akan sembuh sendiri.
2. Imunisasi Hepatitis B
Bertujuan mencegah kerusakan hati. Diberikan sebanyak 3 kali, suntikan
pertama pada 12 jam setelah kelahiran, suntikan kedua saat usia 1 bulan,
suntikan ketiga di usia 6 bulan. Pada anak, suntikan diberikan
intramuskuler di lengan, sementara pada bayi lewat anterolateral paha.
Bila ibu terbukti mengidap hepatitis B, diberikan imunisasi tambahan
dengan imunoglobulin anti hepatitis B sebelum 24 jam, selanjutnya bayi
mendapat imunisasi hepatitis B pada 24 jam setelah lahir, jadwal
berikutnya sama dengan anak lain.
Meski sangat jarang, pada beberapa anak mungkin akan muncul keluhan
nyeri di bekas suntikan yang disertai demam ringan. Jangan khawatir
karena reaksi ini akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1—2 hari.
Imunisasi ini tidak dapat diberikan pada anak yang sedang sakit berat.
Pada ibu hamil, imunisasi ini bisa diberikan dengan keuntungan ganda,
selain melindungi ibu, juga melindungi janin selama dalam kandungan
maupun bayi sampai beberapa bulan setelah lahir.
3. Imunisasi DPT
Bertujuan mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus (DPT). Imunisasi
ini diberikan sebanyak 5 kali. DPT I sampai III harus diberikan sebelum
bayi berusia setahun, umumnya di usia 2 bulan (DPT I), usia 4 bulan (DPT
II), dan usia 6 bulan (DPT III). Berikutnya, DPT IV diberikan di usia
18 bulan dan DPT V di usia 5 tahun. Kemudian, di usia 12 tahun, anak
bisa mendapat suntikan TT (Tetanus Toksoid).
Setelah imunisasi DPT, reaksi yang umum terjadi, anak akan merasa
tangan/kaki pegal, kelelahan, kurang nafsu makan, muntah, rewel, dan
demam. Ada yang demamnya biasa, namun pada beberapa anak muncul demam
tinggi (37,5°C—40°C). Orangtua tak perlu khawatir karena demam ini akan
turun dalam waktu 1—2 hari setelah diberikan obat penurun demam. Akan
tetapi, kalau setelah 2 hari tak kunjung turun atau anak mempunyai
riwayat kejang, segera bawa ke dokter. Bisa juga memilih menggunakan
vaksin DPT asesuler dengan dampak efek samping demam lebih minimal,
terutama bagi yang punya riwayat kejang. Imunisasi DPT tidak boleh
diberikan pada anak dengan riwayat epilepsi.
4. Imunisasi Polio
Sesuai dengan namanya, imunisasi polio bertujuan mencegah penyakit
polio. Imunisasi polio diberikan dengan cara suntikan (Inactived
Poliomyelitis Vaccien/IPV) atau melalui mulut (Oral Poliomyelitis
Vaccien/OPV). Khusus untuk di Indonesia, imunisasi polio hanya diberikan
dengan cara oral. Imunisasi polio diberikan 6 kali; pertama diberikan
saat lahir, selanjutnya di usia 2, 4, dan 6 bulan. Selepas usia bayi,
diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Biasanya diberikan berbarengan
dengan imunisasi DPT.
Meskipun jarang muncul efek samping, tetapi pada beberapa anak ada yang
mengalami Paralitik Poliomyelitis (Vaccine Associated Paralytic
Poliomyelitis/VAPP) yaitu lumpuh layuh akut yang terjadi pada 4—40 hari
setelah diberikan vaksin OPV. Saat ini telah tersedia vaksin polio
inaktif (IPV), berupa suntikan mengandung virus polio yang dimatikan,
sehingga aman diberikan tanpa ada risiko lumpuh layuh (VAPP). Bahkan,
boleh diberikan pada anak dengan gangguan sistem kekebalan tubuh
(immunocompromize) sekalipun.
Imunisasi polio OPV berupa virus hidup tidak boleh diberikan bila anak
dalam keadaan demam (38,5°C), ada penyakit akut, muntah, diare, sedang
menerima pengobatan kortikosteroid, pengobatan radiasi umum, penyakit
kanker/keganasan, penderita HIV/AIDS. Intinya, imunisasi polio aman
diberikan, belum ada dalam literatur anak yang meninggal karena
imunisasi polio.
5. Imunisasi Campak
Bertujuan mencegah penyakit campak, diberikan 2 kali pada usia 9 bulan
dan 6 tahun. Penentuan usia 9 bulan berdasar pertimbangan di usia
tersebut antibodi dari ibu sudah menurun. Bila sampai usia 12 bulan anak
belum mendapat imunisasi campak, maka direkomendasikan untuk mendapat
imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella).
Bila anak sudah pernah terkena campak, tubuh akan membentuk antibodi
secara alami sehingga kecil kemungkinan akan terpapar lagi. Campak hanya
akan menyerang sekali seumur hidup, kalau ada yang mengatakan berulang,
bisa jadi diagnosis sebelumnya kurang tepat. Karenanya anak yang sudah
pernah terkena campak tak perlu diimunisasi lagi. Bahkan, imunisasi MMR
untuk anak usia 6 tahun mensyaratkan belum pernah terkena campak
sebelumnya; kalau sudah, tidak perlu diberikan.
Umumnya tidak ada efek samping yang ditimbulkan dari imunisasi ini,
namun pada beberapa anak muncul reaksi demam atau diare. Biasanya demam
ringan satu minggu setelah imunisasi dan akan hilang setelah 1—2 hari.
Kadang ada juga efek kemerahan selama 3 hari, mulai hari ke-7 setelah
imunisasi. Bercak kemerahan ini seperti campak tapi jauh lebih ringan.
Untuk mengatasi reaksi tersebut bisa dengan banyak minum, memakai baju
yang tipis atau minum obat turun panas.
http://punto-dewo.blogspot.com/2013/06/imunisasi-pengertian-dan-jadwalnya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar